Friday, October 2, 2009

PONINg KE 68 ( Bencana......Apakah Pengertiannya???)

Bencana yang melanda bumi Allah ketika ini.....iaitu sesudah bulan Ramadhan yang mulia.....membawa petanda.......apakah pentanda itu kita sedari???.......apakah yang berlaku selama ini menjadi igauan penduduk setempat kita terimanya sebagai bahan berita utama sahaja........ apakah pengajaran Alam Semula jadi kita abaikan begitu sahaja........ Tidakkah kita mengerti pengajaran tsunami Aceh dahulu kita lupakan begitu sahaja........ ialah..... bagi sesiapa yang tidak mengalaminya sudah pasti tidak merasa azabnya bencana Allah Taala........

Kenapa perlu Allah Taala menurun bencana tersebut?

Setiap sesuatu punyai sebab......mati bersebab!..... demam pun bersebab!! apa saja yang berlaku punyai sbb.......

Kenapa Zaman Iskandar Muda dengan Hamzan Fansuri serta Shamsudin Pasai Bumi mereka dibarakahi olah Allah Taala......Apakah pegangan Pemerintah pada ketika itu......... Siapakah yang mendukung hukam-hakam agama waktu itu.......... dan bagaimana masyarakat zaman itu berpegang kepada perintah agama........ Samudera Pasai aman dan luas empayarnya.......

Rentetan sejarah dulu kita anggap remeh...!!!....Adakah bencana Allah Taala mengenal dulu dan sekarang atau kuno dan moden???

catatan berita di bawah untuk bacaan sahaja ...... kalau di dicari berita2 yang sudah pasti tidak dapat memuatkannya di sini........

------------------------------------------------------------
MUI: Gempa Sumbar Cobaan dan Peringatan
Kota Padang luluh lantak, bangunan di pusat kota ambruk pascagempa tektonik, Kami (1/10).
Kamis, 1 Oktober 2009 | 22:02 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Gempa yang terjadi di Sumbar merupakan cobaan dan peringatan, baik bagi warga di ranah Minang itu maupun di daerah lain. "Karena itu, semua pihak harus mampu membuka mata hatinya terhadap musibah tersebut," kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut, Prof Dr H. Abdullah Syah, MA di Medan, Kamis malam.

Menurut Abdullah Syah, setiap musibah yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak atau paling tidak atas izin Allah SWT. Banyak maksud dan tujuan yang ingin Allah SWT sampaikan melalui musibah itu, termasuk musibah gempa yang terjadi di Sumbar tersebut.

Gempa itu bisa saja bertujuan untuk menguji dan mengetahui kadar keimanan dan kesabaran warga Sumbar terhadap ketentuan Allah SWT. Untuk itu, warga Sumbar yang mengalami musibah tersebut harus banyak bersabar sambil terus mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Orang yang mendapatkan musibah lalu bersabar dan berserah diri, Allah SWT pasti akan memuliakan dan mengangkat derajat manusia itu," kata Guru Besar IAIN Sumut itu.

Selain itu, kata Abdullah, ujian tersebut juga berlaku untuk kelompok masyarakat yang tidak terkena musibah apakan merasa prihatin dan bersedia memberikan bantuan untuk saudaranya yang sedang dalam kesulitan.

Karena itu, seluruh masyarakat, khususnya umat Islam harus bersedia memberi untuk meringankan kesusahan dan kesedihan yang dialami warga Sumbar yang menjadi korban gempa tersebut. "Sebenarnya, banyak yang mereka (warga Sumbar) butuhkan, baik bantuan makanan, obat-obatan maupun pakaian yang layak," katanya.

Namun, musibah gempa itu juga bisa berarti peringatan karena banyaknya maksiat atau perilaku masyarakat yang bertentangan dengan ketentuan agama. Untuk itu, selain bersabar, warga Sumbar yang mengalami musibah gempa tersebut juga harus banyak memohon ampun kepada Allah SWT karena mungkin banyak melakukan kesalahan.

Peringatan itu juga berlaku untuk masyarakat di daerah lain, termasuk Sumut agar banyak memohon dan bertobat jika telah melakukan kesalahan dosa.

Selain itu, musibah tersebut juga peringatan untuk pemerintah agar lebih giat memberantas maksiat dan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. "Pemerintah harus sadar, banyaknya tempat maksiat justru mengundang bala bagi daerah itu," katanya.

Sebelumnya, gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter mengguncang Sumbar pada Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB yang terjadi pada episentrum 0,84 lintang selatan (LS) dan 99,65 bujur timur (BT). Pusat gempa berada pada 57 Km barat laut Pariaman, Provinsi Sumbar, pada berkedalaman 71 Km.

Pada pukul 17.38 WIB terjadi gempa susulan dengan kekuatan 6,2 SR pada episentrum 0,72 LS dan 99,94 BT dan pusat berada di 22 Km barat daya Pariaman Provinsi Sumbar dengan kedalaman 110 Km.

Selain menghancurkan ratusan, bahkan ribuan bangunan, gempa tersebut juga menewaskan ratusan warga Sumbar.

petikan dari web Kompas.com

------------------------

ARKIB : 01/10/2009

Hujan air batu fenomena biasa - Meteorologi


KEROSAKAN utama pada bahagian bumbung ini terjadi pada kebanyakan rumah mangsa ribut hujan batu di Kampung Kekura, Jerantut, kelmarin.


JERANTUT 30 Sept. - Orang ramai diminta tidak panik dengan fenomena hujan air batu yang melanda beberapa kampung di daerah ini kelmarin.

Pengarah Jabatan Meteorologi negeri, Md. Kamsan Hamdan menjelaskan, hujan lebat dan ribut petir disertai air batu itu fenomena biasa dalam musim peralihan monsun.

Beliau berkata, pada peralihan itu, monsun Barat Daya yang berlaku pada September sehingga awal November akan beralih kepada Monsun Timur Laut.

"Monsun peralihan ini akan menyebabkan berlakunya hujan lebat dan ribut petir di sebelah petang yang agak kerap dan disertai angin yang datang dari pelbagai arah pada kelajuan lima hingga 10 knot atau 10 hingga 20 kilometer sejam.

"Ribut petir pula disebabkan berlakunya hujan perolakan yang datangnya dari awan komulus nimbus yang di dalamnya terkandung hujan berkeadaan beku.

"Apabila berada di kedudukan tinggi pada suhu tertentu, ia akan jatuh ke bumi," katanya ketika dihubungi hari ini.

Beliau mengulas mengenai kejadian hujan air batu sebesar penumbuk orang dewasa di beberapa kawasan di daerah ini sehingga merosakkan kira-kira 40 rumah di lima kampung, kelmarin.

Mengulas lanjut, Md. Kamsan menjelaskan, fenomena itu berlaku mungkin disebabkan suhu di udara menyamai suhu kristal ais tersebut menyebabkan ia tidak mencair dan tidak menjadi rintik hujan normal.

Kristal ais, jelasnya, sebenarnya rintik hujan namun ia tidak sempat mencair di udara terutama ketika hujan lebat dan ribut petir.

Tambah beliau, pihaknya meramalkan fenomena hujan lebat berserta ribut petir akan terus berlaku di kawasan pedalaman itu sehingga awal November ini.

"Ribut petir biasanya berlaku di pedalaman Pantai Barat Semenanjung dan agak kurang di Pantai Timur," katanya.

Menurutnya, penduduk di negeri ini perlu bersedia menghadapi peralihan monsun ini kerana fenomena hujan lebat dan ribut petir itu hanya berakhir selepas November ini.

--------------

Kejadian selama 35 minit itu bermula dengan hujan lebat pada pukul 7.40 petang ketika umat Islam selesai menunaikan solat Maghrib disusuli angin kencang dan hujan batu bersaiz sebesar penumbuk orang dewasa.

Salah seorang penduduk Kampung Kekura, Siti Noriah Mohd. @ Mad Isa, 40, berkata, dia terkejut apabila hujan lebat dan ribut itu disusuli bunyi yang kuat seperti peluru menghujani bumbung rumahnya.

''Mendengar bunyi yang kuat pada bumbung dan ribut bertalu-talu, suami saya melaungkan azan untuk meredakan keadaan. Hanya Allah yang tahu perasaan keluarga kami ketika itu," katanya.

Siti Noriah berkata, angin kuat yang menerbangkan atap rumahnya menyebabkan ketulan ais berwarna putih bertaburan di ruang dapur dan halaman rumahnya.

''Kejadian ini merupakan kali pertama berlaku di kampung ini dan saya bersyukur walaupun rumah rosak teruk tetapi tiada kejadian tidak diingini berlaku," katanya.

Seorang lagi penduduk Kampung Cebong, Mariah Mat Taib, 50, berkata, dia yang tinggal bersendirian di rumah ketika kejadian, tiba-tiba terdengar bunyi kuat menimpa bumbung rumahnya.

''Bumbung bilik tidur rumah kami bocor dan cermin tingkap pecah dihujani air batu sebesar penumbuk orang dewasa," katanya.

Dalam keadaan cemas, kata Mariah, dia sempat mengutip ketulan ais yang tercampak di ruang tamu rumahnya.

Petikan dari Utusan Malaysia

------------------------------------------------------------------

No comments:

Post a Comment

Library kat rumah kita ( Bahasa Melayu )